Jumat, 02 Juli 2010

cerbung IC : satu hati_part1

Pagi hari yang cerah, seorang cewek masih bergelut di kasurnya. Udara sangat sejuk, sampai-sampai ia malas bangun dari kasur. Begitu ia membuka mata yang pertama kali dilihatnya adalah jam yang ada di dinding kamarnya. Matanya langsung terbuka.
“Haaaaaaahhhhhhh????!!!!!! Terlambaaaaaatttt!!!!!” teriaknya. Sontak ia langsung berdiri dan menyambar handuknya.

DUK! DUK! DUK! DUK! Bunyi tangga terdengar ricuh.
“Pagii!!” sapanya.
“Loe nggak bisa pelan dikit apa? Kalo loe turun serasa gempa tau nggak !” protes Riko, kakaknya yang tertua.
‘’Kenapa nggak ada yang bangunin Agni ?!’’ protesnya.
“Siapa suruh jadi kebo?” sahut Arsyad dan Irsyad, kakak kembarnya dengan kompak. Agni cemberut.
“Kalian kan udah tau kalo Agni bangunnya susah, kenapa nggak ada yang bangunin sih?!!”
“Udah, udah, sayang. Mendingan di makan dulu sarapannya.” kata mama menenangkan suasana. Lalu menyerahkan segelas teh ke papa yang sedang santai menikmati ributnya meja makan pagi hari.
‘’Permisii..’’ suara seseorang di depan pintu. Tanpa dilihat pun mereka sudah tahu siapa itu. Agni langsung menyambar sebungkus roti yang ada di meja.
‘’Aku berangkat dulu !’’ teriaknya sambil lalu.
‘’Hei, itu rotiku !!’’ teriak Riko dari dalam. Tanpa peduli Agni langsung memakai sepatunya dan keluar pintu. Lalu dengan cepat berdiri di belakang sepeda temannya yang sudah menunggu (tau kan maksudnya ??). Temannya tertawa.
‘’Telat bangun lagi tuan Putri ?’’
‘’Udah deh, loe jangan ikut-ikutan ngeledek gue ! Ayo cepet jalan!” katanya. Cowok itu mengangkat bahu dan langsung menjalankan sepedanya.


Sesampainya di sekolah..
“Hhh..untung nggak telat.” katanya saat berbaris di lapangan.
“Untung gue bawa sepedanya cepet.” kata cowok di belakangnya.
“Iya, deh. Makasih ya Cakka Kawekas Nuraga..” kata Agni pura-pura manis.
‘’Loe ketinggalan gelar ‘yang ganteng’’’ Cakka pede. Agni melet ke Cakka. Hari ini adalah hari terakhir mereka menjalani MOS di SMA Idola, sekolah yang paling ‘mahal’ pendidikannya, saat-saat para instruktur yang juga kakak senior kita itu lagi ‘ganas-ganasnya’ ngasih hukuman. Wajar, ini kan hari terakhir mereka bisa ‘nyiksa’ kita. Jadi, puas-puasin lah.
Nah, cowok yang pe-de be-ge-te di belakang Agni itu namanya Cakka Kawekas Nuraga, sahabat baik Agni dari kelas 3 SD. Waktu itu, Cakka baru pindah ke samping rumah Agni. Tapi karena rumahnya yang paling ‘elite’ dibanding rumah lainnya, nggak ada satu anak pun yang mau deketin dia karena segan. Maklum, udah anak pindahan borju lagi! Cuma Agni yang mau temenan sama dia. Jadilah mereka bersahabat baik sampai sekarang. Waktu lulus SMP, sebenernya Cakka mau sekolah di SMA Negeri biasa, biar bisa sama-sama Agni katanya, tapi nggak dibolehin sama orang tua Cakka. Karena Cakka nggak mau pisah dari Agni, jadilah Agni yang ‘ngikut’ Cakka ke SMA Idola. Gimana caranya?
Agak susah sih, secara penghasilan papa Agni yang cuma seorang guru SMA dan mama yang cuma ibu rumah tangga yang kadng-kadang dapet pesanan bikin kue nggak cukup buat masukin Agni dengan cara biasa. Jadi, dengan akal licinnya Agni mengajukan cara ‘Join By Talent’ alias masuk dengan ketentuan bakat tersendiri. Karena SMA Idola sangat memprioritaskan anak-anak berbakat, Agni diterima masuk melalui kemampuan basket dan musiknya. Jadilah dia disini sekarang.

Dayat mengacungkan lembaran uang berwarna biru di depan muka Gabriel.
“Gue kasih loe segini kalo loe bisa ngedapetin cewek itu.” tunjuknya ke salah satu cewek di barisan anak baru.
“Kelas berapa dia?” tanyanya.
“Kelas 10-Z.” jawab Dayat. Gabriel tertawa.
“Serius loe? Loe mau nantangin gue sama anak kelas bawah? Nggak ada yang lebih menantang lagi? Cewek kayak gitu mah baru gue liatin juga udah klepek-klepek.” katanya bangga.
“Jangan ngomong doang loe, buktiin dong. Bisa nggak loe dapetin tuh anak?”
“Apa syaratnya?” tanyanya.
“Nggak susah, gue cuma minta loe jadian sama dia 6 bulan. Nggak masalah kapan loe mulai. Kalo loe sukses, loe boleh minta apa aja dari kita selama 1 minggu. Tapi kalo loe gagal, loe harus turutin semua perintah kita selama 1 minggu. Gimana? Yo, ngomong dong!” kata Dayat pada Rio yang dari tadi hanya diam.
“Deal!” kata Gabiel.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar